Langsung ke konten utama

Kisah Imam Malik Sangat-sangat Menghormati Rasulullah

 Kisah Imam Malik Sangat-sangat Menghormati Rasulullah SAAW



Imam Malik bin Anas sebagaimana direkam dan ditegaskan oleh Qadhi Eyad (544 H/1149 M) dalam al-Syifa mengatakan bahwa kehormatan Nabi saat sudah meninggal seperti kehormatannya saat masih hidup. Begitu juga menghormatinya.


Takzim pada Rasulullah bukan hanya pada saat beliau masih hidup, tapi juga setelah beliau Wafat. Saat menyebut namanya, saat mendengar namanya, membaca atau mendengar perjalanannya dan segala hal yang berkaitan dengan nama agung Baginda Nabi Muhammad.


Jika Sayyidina Abu Bakar begitu lirih seperti berbisik ketika berbicara dengan Baginda Nabi saat turun ayat untuk tidak mengangkat suara di atas Baginda Nabi, Imam Malik saat mengajar di masjid Nabawi, masjid di mana Baginda Nabi dimakamkan di situ, saat Khalifah Abu Ja’far al-Manshur meninggikan suara saat berbicara dengan Imam Malik, Imam Malik menegurnya untuk tidak meninggikan suara di dekat Baginda Nabi. Mengapa?


Sebab takzim kepada Baginda Nabi dengan tidak meninggikan suara di dekat Baginda Nabi saat Baginda Nabi sudah meninggal sama halnya saat beliau masih hidup.


Begitu pula saat Seykh Abu Ja’far bertanya hal menghadap kiblat atau menghadap makam Baginda Nabi saat berdoa di masjid Nabawi. Imam Malik menjawab, “Kenapa kau palingkan wajahmu dari Baginda Nabi sedang beliau adalah wasilah Nabi Adam kepada Allah di hari kiamat? Menghadaplah kepada Baginda.”


Jika ada orang yang bertandang sowan ke rumah beliau. Maka pelayannya akan keluar lalu menanyakan keperluan sang tamu. Jika perlu tanya beberapa masalah dan fatwa maka Imam Malik langsung keluar. Tapi jika kepentingannya adalah untuk hadist, maka Imam Malik akan mandi, memakai parfum, memakai baju yang indah dan berlapis tailasan, serta bersurban lengkap lalu naik mimbar dengan khusyuk dan semerbak wangian bukhur menyertai sepanjang majlis. Dan mimbar itu hanya digunakan oleh Imam Malik saat majlis hadist saja. Semua itu sebagai wujud takzim kepada pemilik hadist.


Imam Abdullah bin Mubarak bercerita bahwa suatu ketika beliau dan Imam Malik satu majelis dan Imam Malik sedang membacakan hadist kepadanya. Di tengah beliau membacakan hadist, kalajengking menyengat Imam Malik belasan kali sampai muka beliau berubah dan kelihatan menguning, namun beliau tetap melanjutkan hadistnya. Saat ditanya mengapa sampai demikian, beliau menjawab, “Takzim atas hadist Rasulullah.”


Saat beliau didera hukuman oleh Ja’far bin Sulaiman hingga pingsan, saat siuman, beliau berkata, “Saksikanlah wahai kalian semua. Aku telah mengikhlaskan kepada penghukumku.”


Suatu saat beliau ditanya atas sikap memaafkan, padahal beliau tidak sedang salah atau melanggar hukum itu. beliau menjawab, “Aku takut saat aku meninggal dan bertemu Rasulullah, maka aku sangat malu pada beliau jika ada kerabat Rasulullah yang masuk neraka gara-gara aku.”


Imam Malik tidak pernah menggunakan alas kaki, apalagi tunggangan. Saat ditanya, “Saya malu menginjak tanah dengan alas kaki dan tunggangan yang di dalamnya terbaring Rasulullah SAW”


Beberapa untanya yang banyak itu suatu ketika dihibahkan kepada salah satu murid terbaiknya, yaitu Imam Syafi'i. Imam Syafi'i meminta untuk disisakan satu saja untuk Imam Malik, namun Imam Malik menjawab sebagaiamana di atas.


Para ulama berbeda pendapat soal keutamaan bumi Mekkah atau Madinah. Ada yang bilang Mekkah dan tentu ada yang bilang Madinah lebih utama. Tapi perbedaan pendapat itu mengecualikan bumi yang di dalamnya terbaring tubuh mulia Rasulullah SAW Pada tempat itu, semua ulama sepakat bahwa tanah tersebut paling mulia secera mutlak. Imam Malik tentu berpendapat Madinah yang paling mulia, maka beliau memfatwakan kepada siapapun yang mengatakan bahwa tanah Madinah adalah tanah yang buruk maka harus dicambuk, sebab di tanah Madinah tubuh Rasulullah berada.


Imam Malik memiliki cara menaruh takzim pada Rasulullah SAW, demikian juga ulama lain dengan cara mereka, juga demikian dengan Kita semua. Sebagaimana Sayyidina Hasan bin Tsabit yang memberi tauladan untuk berdiri ketika datang Rasulullah dengan lantunan sebuah syair:


Berdiriku pada Rasulullah adalah kewajiban, Meninggalkan kewajiban bukanlah hal yang elok.

Aku heran pada mereka yang memiliki akal sehat, Melihat sosok mulia ini dan ia tidak tergerak untuk berdiri.


Lalu kita mengikuti teladan Imam Taajuddin As-Subkiy dengan berdiri saat mahalul qiyam. Dari kisah diatas beliau Imam Malik memberikan contoh sekaligus mengajarkan kita cara ber Adab kepada Baginda Rasulullah SAW.

Dari berbagai Sumber


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kopi Berkhasiat

Syaikh Najmuddin Al Ghozzi berkata dalam kitab Al Kawakib Al Syairah Fi A’yan Al Miah Al A’syiroh, bahwa Orang yang pertama kali menjadikan kebiasaan minum kopi sebagai minuman berkhasiat adalah Al Habib Abi Bakr Bin Abdullah Al Aydrus (Shohibul Rotib Qubro Al Aydrus), Beliau membuat racikan kopi dari buah pohon Bun.

KISAH TENTANG QOHWAH ATAU KOPI

 Asal mula kopi   dari histori bahasa diambil dari bahasa Arab yaitu Qohwah, kalimat tersebut berasal dari kata quwwah yang artinya kekuatan. Karena efek kopi menyebabkan bertambahnya kekuatan tubuh, penjagaan dan semangat maka dikatakan quwwah menjadi Qohwah. Kopi memang sebuah minuman dari proses olah dan ekstraksi biji kopi. Rasa dan aroma dalam kopi itulah yang sering dinikmati para peminumnya. Namun sebenarnya lebih dari sekedar itu kopi ditemukan banyak sekali manfaatnya bagi tubuh seperti kanker, batu empedu, diabetes dan penyakit yang berhubungan dengan darah lainnya. Legenda yang paling masyhur ditemukannya kopi dari seorang gembala bernama Kaldi. Walaupun masih terbilang mitos namun cerita ini menjadi awalan pemersatu latar belakang sejarah ditemukannya tanaman ajaib ini yang diklaim banyak negara. Bangsa Arab yang memiliki peradaban lebih maju daripada Afrika ketika itu tidak hanya memasak biji kopi namun direbus untuk diambil sarinya. Akhirnya pada abad k1-13 banyak kaum Mu

Cita Rasa Kopi, Cerita Dibalik Ngopi & Rahasia Dibalik Cerita

"Cita Rasa Kopi, Cerita Dibalik Ngopi & Rahasia Dibalik Cerita terkadang membuat kita lupa dengan sang Kala" Begitu cerita salah satu pelanggan setia Rumah Kopi Iffa pak Ismail Palma  yang berprofesi sebagai pedagang di seputaran pusat kota atau yang juga di kenal sebagai kawasan Bendar.  Ismail Palma  juga merupakan salah seorang dari sekian banyak Pembagi Cerita & Rahasia Dibalik Cerita.  😍   Bagi anda yang merindukan Seduhan Kopi Khas, silahkan kunjungi kami Rumah Kopi Iffa yang berada di kawasan Wisata Kuliner Khas Kota Manado "JALAN RODA"